Sabtu, 20 Februari 2016




SHARING PENGALAMAN PADA TV PRODUCTION:
Di era persaingan TV broadcasting yang semakin sengit, maka insan tv dituntut untuk lebih kreatif agar dapat mengundang anemo penonton. Setelah itu tinggal dijaga bagaimana membuat penonton menjadi loyal yaitu dengan menjaga performa dari mata acara yang kita produksi baik dari sisi scheduling jam siaran maupun dari kualitas konten serta kemasannya. 


Pertanyaaan yang timbul apakah harus dengan biaya mahal agar tv program kita ditonton orang???. Jawabanya sudah tentu bisa ya dan bisa tidak.
Pekerjaan tersebut kebanyakan dihandle oleh Divisi Produksi dan kadang dibantu R&D sebagai masukan pada analisa minat penonton.
 

Pengalaman saya selama di tehnik, produksi dan management tv broadcasting serta sebagai sebagai tv consultant. Dimana 20 tahun lebih berkecimpung didunia pertelevisian, selalu meyakinkan pada management bahwa perlu adanya Grand Design dan Business Strategy yang matang dalam hal ini.
 

Garis Besar Tata kelola Divisi produksi adalah sbb:
  1. Perlu sekali–kali membuat tv program yang berbiaya mahal sebagai letupan, sebagai trigger dan sebagai penguat brand image kita yang sudah lama eksis. Tetapi tidak perlu terus menerus.
  2. Yang perlu dipahami oleh management adalah bahwa tv program yang baik dan bagus serta ditonton banyak pemirsa tidak harus berbiaya mahal. Maklum mengapa hal ini perlu dijelaskan karena management belum tentu mengerti tehnik produksi program televisi. Sehingga strategy dimana tv adalah media close up , rekayasa produksi dan kiat-kiat biaya murah dan bagus tidak dikuasainya. Bagi pengusaha bila pengeluaran semakin kecil maka semakin menyenangkan...iya apa iya...hayooo...ngaku yg sebagai pengusaha....(Mohon maaf untuk kiat2 dan strategy dalam hal ini tidak bisa dijelaskan dengan detail karena menjadi rahasia consultant ..hehehe....)
  3. Divisi produksi bila diberikan wewenang penuh (misal menjadi anak perusahaan) untuk berbisnis tentu akan bisa menjadi devisi pencetak uang juga selain sales marketing.
  •   Sebagai PH (Iklan/TVC, PSA, Doc, OTT, Sinetron, FTV, Film Layar Lebar, dll)
  •   Sebagai Content Provider (CP) dan Content Aggregator
  •   Selain untuk memenuhi kebutuhan Inhouse Productions
  •   Man powernya bisa sebagai tenaga pendidik sekolah broadcast, dll

 Demikian sedikit ulasan mengenai tata kelola sebuah divisi produksi program televisi. Semoga bermanfaaat.



SHARING PENGALAMAN DI MARKETING
Ketika saya masih aktif sebagai direktur di Direktorat Pengembangan & Usaha (DPU) TVRI, pada beberapa kali Workshop DPU Seluruh Indonesia saya sering memberikan pembekalan dasar2 marketing dan komunikasi pemasaran satu diantaranya adalah strategi pelayanan 4P+3P+P=8P of Services Marketing Mix.
Yang artinya Pusing x Pusing x..................x8....saya sendiri juga pusing...hehehe...bercanda dikit ya....



Kalau kita ingin menjalankan suatu rencana atau berproses maka biasanya diperlukan apa yang biasa kita sebut dengan "strategi", dimana hal itu diperlukan sebagai acuan yaitu sebagai dasar kita bergerak/melangkah, dengan tujuan agar dapat berjalan dengan lancar dan tercapai goalnya atau paling tidak mendekati. Begitu pula dalam marketing. Adapun dasar-dasar marketing dalam komunikasi pemasaran yang saya terapkan di TVRI adalah strategi metode 8P dengan manajemen layanan yang terintegrasi..

Perlakuan strategi pemasaran disetiap perusahaan dengan outputnya berupa produk tangible (berbentuk) dan produk intangible (tidak berbentuk) pasti berbeda. Kadang sama jenis produknya tetapi strategi pemasarannya juga bisa berbeda, Hal itu tergantung bagaimana hasil dari setiap teori pemasaran tersebut saat diuji dilapangan apakah sesuai untuk perusahaan kita atau tidak.
Banyak kita dengar ada perusahaan yang cukup hanya menggunakan metode 4P (Product, Price, Place, Promotion).
Ada juga perusahaan yang menggunakan metode 4P+4C (Product, Price, Place, Promotion, Customer Solution, Customer Cost, Communication dan Convenience)
Bahkan ada yang menggunakan 4P+3P (Product, Price, Place, Promotion, People, Process, Physical Evidence)


Seperti kita ketahui bahwa produk dari sebuah jasa media televisi adalah intangible (tidak berbentuk) maka dari itu penggambaran produknya harus jelas (Physical Evidence) misal dengan memberikan paparan dan menyampaikan hard copy dalam bentuk tape/dvd/proposal, atau dengan cara saat paparan mengajak presenter/actor/actress sebagai pembuktian kepada client, dan masih banyak berbagai cara lainnya.
 

Selain itu perlakuan terhadap produk Intangible berbeda dengan tangible. Pada produk tangible bilamana tidak laku dijual maka masih bisa disimpan tetapi kalau intangible akan hilang seolah menguap, lenyap dan tidak bisa diambil lagi dilain waktu.

Pasti ada yang bertanya .....mengapa untuk TVRI diterapkan metode 4P+3P+P=8P...???
Jawabannya adalah di P terakhir yaitu perlu ditambahkan Productivity & Quality.
Yang kita sharing ini saat kondisi TVRI th 2008 ya,..... jadi jangan dibandingkan dengan kondisi yang sekarang th 2016.


Setelah dilakukan identifikasi masalah dalam analisa SWOT
Dikemukakan alasannya memilih 8P adalah:
1. Pada saat itu produksi program acara kurang lancar dikarenakan kurangnya anggaran untuk memproduksi program televisi (APBN kecil)
2. Kualitas dari hasil produksi juga kurang bagus.
3. Kualitas pelayanan dan pelaksanaan komitmen bisnis yang lemah.
4. Masih dipandang sebelah mata oleh para pelaku bisnis/iklan.
5. Reception/penerimaan gambar kurang bagus
6. Dan masih banyak faktor lainnya.


Oleh karenanya disini persepsi tentang kualitas merupakan faktor pembeda serta penting dari manajemen layanan yang terintegrasi (integrated service management) tujuannya agar bisa berlanjut untuk jangka panjang sesuai yang diharapkan. Selain itu setelah dikaji dari SWOT analisis, disitu terlihat bukan hanya marketing strategy tetapi remodeling bisnis juga jadi faktor yang dapat menyebabkan peningkatan serta dapat berdampak kualitas secara keseluruhan seperti yang sebenarnya diharapkan (expectation) oleh perusahaan dan juga yang ingin dirasakan oleh pelanggan / klien (Customer Satisfaction).

Pada saat itu remodeling bisnis penting juga, misalnya pada
1. Kerjasama penyiaran
2. Kerjasam fasilitas tehnik
3. Kerjsama lokasi shooting
4. Kerjasama perangkat
5. Kerjsama promosi,
6. dan lain-lain.


Pelayanan DPU TVRI saat itu dengan berbagai effort nya tidak cukup hanya sampai pada Customer Satisfaction saja tetapi sebisa mungkin diusahakan hingga Customer Delight & Loyalty.
Ternyata 8P of Services Marketing Mix adalah metode yang cukup ampuh diterapkan saat itu.
Dari berbagai teori pemasaran,secara keseluruhan yang merupakan integrasi manajemen layanan dari DPU TVRI saat itu dapat saya rangkumkan seperti dalam gambar (terlampir image).


Demikian berbagi sedikit pengalaman pemasaran dan pengembangan bisnisnya selama di DPU TVRI.
Semoga bermanfaat.